
Setiap pagi di gerbang SMK Muhammadiyah 2 Bantul, suasana selalu terasa hangat dan penuh makna. Satu per satu siswa datang, disambut dengan senyum tulus, salam hangat, dan jabatan tangan dari bapak ibu guru. Pemandangan sederhana itu menjadi rutinitas yang sarat nilai—wujud nyata dari Gerakan 5S: Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun.
Kegiatan ini bukan sekadar formalitas menyambut kedatangan siswa. Melalui kebiasaan salim dan menyapa di pagi hari, sekolah berupaya menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter luhur, seperti menghormati guru, menumbuhkan rasa hormat antar sesama, serta membangun kedekatan emosional antara guru dan peserta didik.
Menurut salah satu guru, momen salim pagi adalah cara sederhana namun bermakna untuk menanamkan rasa hormat dan adab kepada yang lebih tua. “Kami ingin siswa terbiasa bersikap sopan, rendah hati, dan menghargai orang lain. Nilai-nilai itu penting, tidak hanya di sekolah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sementara itu, para siswa mengaku senang dengan kegiatan ini. Mereka merasa lebih semangat dan dihargai saat disambut dengan senyuman setiap pagi. Tak jarang, sapaan sederhana “Selamat pagi, Nak!” mampu mengubah suasana hati dan menumbuhkan motivasi belajar sejak langkah pertama memasuki sekolah.
Gerakan 5S di SMK Muhammadiyah 2 Bantul menjadi simbol pendidikan berbasis budaya yang hidup dan dirasakan bersama. Dari sebuah salaman dan senyuman, tumbuhlah karakter sopan santun, kebersamaan, dan rasa kekeluargaan yang menjadi ciri khas sekolah berbudaya.
“Senyum, sapa, dan salim setiap pagi — langkah kecil menuju generasi berkarakter besar.”




